Kamis, 14 November 2013

Sejarah Puasa ‘Asyuro

‘Asyuro adalah hari kesepuluh pada bulan Muharrom (Syarah Shahih Muslim 8/12, Fathul Bari, Ibnu Hajar 4/671, Mukhtashor Shahih Muslim, al-Mundziri hal.163-Tahqiq al-Albani, al-Mughni 4/441, Subulus Salam, as-Shon’ani 2/671). Dia adalah hari yang mulia. Menyimpan sejarah yang mendalam, tak bisa dilupakan.

Ibnu Abbas berkata: “Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari dimana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa.(HR.Bukhari: 2004, Muslim: 1130)

Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dalam berpuasa ‘Asyuro mengalami empat fase (Lathoiful Ma’arif hal.102-107);


Fase pertama: Beliau berpuasa di Mekkah dan tidak memerintahkan manusia untuk berpuasa.

Aisyah radhiyallahu'anha menuturkan: “Dahulu orang Quraisy berpuasa A’syuro pada masa jahiliyyah. Dan Nabi-pun berpuasa ‘Asyuro pada masa jahiliyyah. Tatkala beliau hijrah ke Madinah, beliau tetap puasa ‘Asyuro dan memerintahkan manusia juga untuk berpuasa. Ketika puasa Ramadhon telah diwajibkan, beliau berkata: “Bagi yang hendak puasa silakan, bagi yang tidak puasa, juga tidak mengapa”.(HR.Bukhari: 2002, Muslim: 1125)

Fase kedua: Tatkala beliau datang di Madinah dan mengetahui bahwa orang Yahudi puasa ‘Asyuro, beliau juga berpuasa dan memerintahkan manusia agar puasa. Sebagaimana keterangan Ibnu Abbas di muka. Bahkan Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam menguatkan perintahnya dan sangat menganjurkan sekali, sampai-sampai para sahabat melatih anak-anak mereka untuk puasa ‘Asyuro.

Fase ketiga: Setelah diturunkannya kewajiban puasa Ramadhon, beliau tidak lagi memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa A’syuro, dan juga tidak melarang, dan membiarkan perkaranya menjadi sunnah sebagaimana hadits Aisyah yang telah lalu.

Fase keempat: Pada akhir hayatnya, Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bertekad untuk tidak hanya puasa pada hari A’syuro saja, namun juga menyertakan hari tanggal 9 A’syuro agar berbeda dengan puasanya orang Yahudi.

Ibnu Abbas berkata: “Ketika Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam puasa A’syuro dan beliau juga memerintahkan para sahabatnya untuk berpuasa. Para sahabat berkata: “Wahai Rasululloh, hari Asyuro adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashoro!! Maka Rasululloh Shallallahu'alaihi wa sallam berkata: “Kalau begitu, tahun depan Insya Alloh kita puasa bersama tanggal sembelilannya juga”. Ibnu Abbas berkata: “Belum sampai tahun depan, beliau sudah wafat terlebih dahulu”.(HR.Muslim: 1134)

KEUTAMAAN PUASA ‘ASYURO

Hari ‘Asyuro adalah hari yang mulia, kedudukannya sangat agung. Dan ada keutamaan yang sangat besar.  

Imam al-Izz bin Abdus Salam berkata: “Keutamaan waktu dan tempat ada dua bentuk; Bentuk pertama adalah bersifat duniawi dan bentuk kedua adalah bersifat agama. Keutamaan yang bersifat agama adalah kembali pada kemurahan Alloh uSubhanahu wa ta'ala ntuk para hambaNya dengan cara melebihkan pahala bagi yang beramal. Seperti keutamaan puasa Ramadhon atas seluruh puasa pada bulan yang lain, demikian pula seperti hari ‘Asyuro. Keutamaan ini kembali pada kemurahan dan kebaikan Alloh bagi para hambaNya di dalam waktu dan tempat tersebut”.(Qowaid al-Ahkam, al-‘Izz bin Abdis Salam 1/38, Fadhlu ‘Asyuro wa Syahrulloh al-Muharrom, Muhammad as-Sholih hal.3 )


Diantara keutamaan puasa ‘Asyuro adalah;

1-Menghapus dosa satu tahun yang lalu

Rasululloh Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:


 صِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ 
Puasa ‘Asyuro aku memohon kepada Alloh agar dapat menghapus dosa setahun yang lalu.(HR.Muslim: 1162)

Imam an-Nawawi berkata: “Keutamaannya menghapus semua dosa-dosa kecil. Atau boleh dikatakan menghapus seluruh dosa kecuali dosa besar”.(Majmu’ Syarah al-Muhadzzab, an-Nawawi 6/279)

2-Nabi sangat bersemangat untuk berpuasa pada hari itu 

Ibnu Abbas berkata:

 مَا رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَتَحَرَّى صِيَامَ يَوْمٍ فَضَّلَهُ عَلَى غَيْرِهِ إِلاَّ هَذَا الْيَوْمَ: يَوْمَ عَاشُورَاءَ وَهَذَا الشَّهْرَ يَعْنِي شَهْرَ رَمَضَانَ 
Aku tidak pernah melihat Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam benar-benar perhatian dan menyengaja untuk puasa yang ada keutamaannya daripada puasa pada hari ini, hari ‘Asyuro dan puasa bulan Ramadhon.(HR.Bukhari: 2006, Muslim: 1132) 

3-Hari dimana Alloh menyelamatkan Bani Isroil 

Ibnu Abbas berkata: “Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari dimana Alloh telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Alloh. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa juga”.(HR.Bukhari: 2004, Muslim: 1130) 

4-Puasa ‘Asyuro dahulu diwajibkan 

Dahulu puasa ‘Asyuro diwajibkan sebelum turunnya kewajiban puasa Romadhon. Hal ini menujukkan keutamaan puasa ‘Asyuro pada awal perkaranya.

Ibnu Umar berkata: “Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dahulu puasa ‘Asyuro dan memerintahkan manusia agar berpuasa pula. Ketika turun kewajiban puasa Romadhon, puasa ‘Asyuro ditinggalkan”.(HR.Bukhari: 1892, Muslim: 1126) 


5-Jatuh pada bulan haram

 Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda:


 أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ 
 Puasa yang paling afdhol setelah puasa Ramadhan adalah puasa pada bulan Alloh al-Muharrom.(HR.Muslim: 1163)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar