Kamis, 28 November 2013

Apel Itu Haram, Paman

Cerita ini terjadi saat seseorang datang ke Mesir. Tepatnya di sebuah masjid di Mesir. Saat itu dia tengah melaksanakan salah satu sunnah Rasulullah saw., shalat tahiyatul masjid, namun tiba-tiba kekhusu’annya mengabur, terganggu bau asap rokok yang sangat kuat menyengat rongga hidungnya.
Setelah salam, dia tengok kanan-kiri untuk mencari dimana gerangan sumber bau tersebut. Akhirnya matanya  tertuju pada seseorang yang dari bibirnya saja terlihat kalau dia itu seorang perokok berat, hitam dan bukan merah jambu. Dia berazam pada diri sendiri, “Setelah selesai shalat, saya akan berbicara dengan orang itu!

Belum juga sampai ke tempat duduk si perokok, mendadak ada anak kecil sekitar sembilan tahun masuk mesjid, duduk di samping perokok itu. Dan si anak mencium bau asap rokok juga, kemudian terdengar obrolan mereka yang cukup alot.

Senin, 25 November 2013

Gapai Surga dengan Ilmu Agama

Menggapai surga adalah dambaan setiap hamba. Setiap insan pastilah menginginkannya. Seseorang tidak akan masuk surga kecuali dia berada di atasal haq, di atas jalan kebenaran. Dan seseorang tidak akan mengenal jalan kebenaran kecuali dengan ilmu. Ilmulah yang membimbing seseorang berada di atas jalan kebenaran. Ilmulah yang membimbing benarnya amalan hamba. Ilmu lah yang membimbing seseorang terhindar dari jalan kesesatan. Oleh karena itu, tepatlah jika di antara sebab untuk meraih janji surga adalah dengan menuntut ilmu agama.

Kewajiban Menuntut Ilmu Agama
Ilmu artinya mengetahui kebenaran dengan petunjuk. Jika disebutkan ilmu secara mutlak, yang dimaksud adalah ilmu syar’i, yaitu ilmu tentang perkara agama yang wajib diketahui oleh mukallaf (orang yang sudah dikenai beban syariat) (Hasiyah Tsalatsatil Ushul)

Kamis, 21 November 2013

Meneladani Semangat Para Ulama dalam Menuntut Ilmu

Sudah berapa juz Al Qur’an yang anda hafal?
Sudah berapa hadits yang anda hafal?
Berapa bab fiqih yang sudah anda kuasai?
Berapa kitab para ulama yang sudah khatam anda pelajari?
Sudah sejauh apa kita memahami agama kita ini..?

Semoga Allah menolong kita agar kita tidak termasuk orang-orang yang berpangku tangan, bermalas-malasan dan lalai dari mempelajari ilmu agama. Semoga juga kita bukan orang-orang yang belajar agama ala kadarnya dan seadanya, padahal ilmu agama ini begitu penting lebih penting dari makan dan minum. Imam Ahmad bin Hambal mengatakan, “Manusia lebih membutuhkan ilmu agama daripada roti dan air minum. Karena manusia butuh kepada ilmu agama setiap waktu, sedangkan mereka membutuhkan roti dan air hanya sekali atau dua kali dalam sehari” (Thabaqat Al Hanabilah, 1/390)

Kita perlu bercermin kepada para ulama salaf, yang telah memberi contoh terbaik dan teladan yang agung tentang bagaimana bersemangat dalam menuntut ilmu agama, meraihnya serta rindu kepadanya. Marilah wahai saudaraku tercinta, kita simak bagaimana mereka menuntut ilmu dan renungkanlah dimana kita dibanding mereka?

Senin, 18 November 2013

Senyum, Salaman, dan Salam

Seorang Muslim yang baik, dituntut untuk bisa bergaul dengan apik di tengah masyarakat. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Seorang mukmin yang berbaur dengan masyarakat dan bersabar terhadap gangguan dari mereka, itu lebih besar pahalanya daripada mukmin yang tidak berbaur dengan masyarakat dan tidak bersabar terhadap gangguan mereka” (HR. Bukhari dalam Adabul Mufrad 383, Ahmad 22497, dishahihkan Al Albani dalam Shahih Al Jami’ 6651)
Sedangkan bergaul di tengah masyarakat, modal utamanya adalah akhlak mulia. Dan sesungguhnya akhlak yang mulia itu sendiri adalah cerminan kesempurnaan iman seorang muslim. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda: “Orang beriman yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaq-nya” (HR. Tirmidzi no.1162, ia berkata: “Hasan shahih”). Sehingga semakin tinggi iman seseorang, semakin baik pula akhlaknya.

Kamis, 14 November 2013

Sejarah Puasa ‘Asyuro

‘Asyuro adalah hari kesepuluh pada bulan Muharrom (Syarah Shahih Muslim 8/12, Fathul Bari, Ibnu Hajar 4/671, Mukhtashor Shahih Muslim, al-Mundziri hal.163-Tahqiq al-Albani, al-Mughni 4/441, Subulus Salam, as-Shon’ani 2/671). Dia adalah hari yang mulia. Menyimpan sejarah yang mendalam, tak bisa dilupakan.

Ibnu Abbas berkata: “Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam tiba di Madinah dan dia mendapati orang-orang Yahudi sedang berpuasa A’syuro. Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam bertanya: “Puasa apa ini?” Mereka menjawab: “Hari ini adalah hari yang baik, hari dimana Allah telah menyelamatkan Bani Israil dari kejaran musuhnya, maka Musa berpuasa sebagai rasa syukurnya kepada Allah. Dan kami-pun ikut berpuasa. Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam berkata: “Kami lebih berhak terhadap Musa daripada kalian”. Akhirnya Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam berpuasa dan memerintahkan manusia untuk berpuasa.(HR.Bukhari: 2004, Muslim: 1130)

Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam dalam berpuasa ‘Asyuro mengalami empat fase (Lathoiful Ma’arif hal.102-107);


Senin, 11 November 2013

Amalan Sunnah di Bulan Muharram

Mendapati bulan Muharrom merupakan kenikmatan tersendiri bagi seorang mukmin. Karena bulan ini sarat dengan pahala dan ladang beramal bagi orang yang bersungguh-sungguh dalam mempersiapkan hari esoknya. Memulai awal tahun dengan ketaatan, agar pasti dalam melangkah dan menatap masa depan dengan optimis.

Abu Utsman an-Nahdi (Lihat biografinya dalam Tahdzibut Tahdzib 6/249 oleh Ibnu Hajar) mengatakan: “Adalah para salaf mengagungkan tiga waktu dari sepuluh hari yang utama: Sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, sepuluh hari pertama bulan Dzulhijjah dan sepuluh hari pertama bulan Muharram”.(Lathoiful Ma’arif hal.80)

Berikut ini amalan-amalan sunnah yang dianjurkan pada bulan ini:  


Minggu, 03 November 2013

Bilal Bin Rabah

Bilal bin Rabah, Muazin Rasulullah Sholallahu alaihi wasallam, memiliki kisah menarik tentang sebuah perjuangan mempertahankan aqidah. Sebuah kisah yang tidak akan pernah membosankan, walaupun terus diulang-ulang sepanjang zaman. Kekuatan alurnya akan membuat setiap orang tetap penasaran untuk mendengarnya.

Bilal lahir di daerah as-Sarah sekitar 43 tahun sebelum hijrah. Ayahnya bernama Rabah, sedangkan ibunya bernama Hamamah, seorang budak wanita berkulit hitam yang tinggal di Mekah. Karena ibunya itu, sebagian orang memanggil Bilal dengan sebutan ibnus-Sauda' (putra wanita hitam). Bilal dibesarkan di kota Ummul Qura (Mekah) sebagai seorang budak milik keluarga bani Abduddar. Saat ayah mereka meinggal, Bilal diwariskan kepada Umayyah bin Khalaf, seorang tokoh penting kaum kafir.

Ketika Mekah diterangi cahaya agama baru dan Rasul yang agung Sholallahu alaihi wasallam mulai mengumandangkan seruan kalimat tauhid, Bilal adalah termasuk orang-orang pertama yang memeluk Islam. Saat Bilal masuk Islam, 
di bumi ini hanya ada beberapa orang yang telah mendahuluinya memeluk agama baru itu, seperti Ummul Mu'minin Khadijah binti Khuwailid, Abu Bakar ash-Shiddiq, Ali bin Abu Thalib, 'Ammar bin Yasir bersama ibunya, Sumayyah, Shuhaib ar-Rumi, dan al-Miqdad bin al-Aswad.